_Ilmu hikmah_
Wayan Supadno
" Pangan soal hidup matinya sebuah bangsa ", kalimat inilah yang dipesankan oleh Bung Karno saat peletakan batu pertama di Kampus IPB tahun 1952. Bersuksma, utamanya keluarga besar IPB, termasuk saat ini banyak yang jadi pejabat.
Mustahil dan tiada satupun negara di atas bumi ini yang bisa 100% swasembada pangan. Tidak impor. Termasuk Indonesia, jumlah impor pangannya Rp 330 triliun/tahun. Khusus beras setahun terakhir banyak impor jutaan ton.
Walaupun sempat swasembada beras selama 3 tahun 2018 - 2021. Hingga dapat penghargaan dari IRRI Pusat Penelitian Padi Dunia dan FAO Organisasi Pangan Dunia. Disyukuri dan rendah hati. Jangan dipungkiri.
Namun demikian harus dikaji ulang. Ini akibat " gagal antisipasi " cepatnya. Selain korban dari tidak fokusnya Mentan SYL yang korupsi, pasti tidak fokus saat menjabat. Bahan pembelajaran. Ilmu hikmah. Karena tidak amanah.
Hal mutlak, pangan harus jadi fokus utama. Antisipasi. Serius. Penduduk kita makin banyak saat ini 278,7 juta (BPS). Sangat beresiko fatal jika masih berbasiskan impor, jika kurang. Mestinya pemberdayaan masyarakat dan lahan masih jutaan hektar.
Sekitar 4 tahun lagi penduduk kita 300 juta. Berarti butuh beras 300 juta x 117 kg/kapita = 35 juta ton/tahun. Setara dengan hasil panen padi 35 juta ton : 2,56 ton beras/ha = 13,68 juta hektar. Padahal luas tanam padi hanya 10,6 juta hektar di atas sawah 7,1 juta hektar (BPS).
Solusinya ?
Paralel intensifikasi dan ekstensifikasi. Revitalisasi sarana air, bendungan dan irigasi sekaligus inovasi membumi benih unggul. Jika bisa meningkatkan produksi hanya 0,5 ton beras/ha, maka tambah 5 juta ton beras/tahun dari luas tanam 10,6 juta hektar.
Ekstensifikasi cetak sawah. Lahan jutaan hektar tidur telantar puluhan tahun bekas pembalakan. Yang terlihat oleh mata saya minimal ada 3 juta hektar di Kalteng. Ini sangat feasible dan harus dikerjakan pemerintah dana APBN dan bank untuk petani.
Kesejahteraan petani, hal mutlak. Wajib. Petani rohnya pangan. Tiada petani, tiada pangan, tiada kehidupan. Jika petani padi sejahtera maka tanpa pusing otomatis berebut jadi petani padi. Tak ubahnya sawit, kenapa " sulit " dibendung ekspansifnya, karena sawit menyejahterakan.
Sinergiskan Penta Helix antara birokrasi, peneliti, praktisi inovatif dan insan pers. Agar semua melibatkan diri positif. Sejak jaman Pak Harto hingga saat ini gagal dan gagal cetak sawah mestinya kita malu. Sangat ironis jika pangan makin banyak impor. Untungnya saya, cuma petani. Ehm !
Katanya kita banyak pakar pertanian, katanya Indonesia terbanyak di dunia jumlah sarjana pertanian dan katanya banyak negara belajar pertanian di Indonesia misal Malaysia, Vietnam, Thailand dan Ethiopia kita bantu PPL sekaligus beras tahun 1983-an.
Salam Bangkit 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630